Jangan Musuhi Presiden, dan Jangan pula Kembali Memilihnya
Macam-macam warna rakyat merespon ketidaksukaannya kepada kepala
negara, termasuk di Indonesia. Ada yang reaktif/represif dan ada yang memilih
jalan persuasif untuk meresponnya.
Kendati demikian, menurut Haikal Hasan, yang juga
merupakan pengurus GNPF-MUI menyatakan bahwa tidak benar apabila seorang kepala
negara itu dianggap musuh oleh rakyatnya apapun alasannya. Dan itupun bukan
berarti rakyat kembali memilihnya kembali setelah mengetahui perbuatan kepala
negara.
“Begini
sikap kami: Memperlakukan presiden sebagai musuh adalah ketololan. Tetaplah
santun, hormati, jaga wibawanya. Pilih lagi? Oh, tidak! Silahkan pelajari lagi
Qur’an Surat. An-Naziat: 15-26 atau Al-A’raf: 164 atau Thaha: 44 dan ratusan
hadits soal ini. Ini metoda dakwah alternative.
Mengutip uztadz Tengku, ‘Orang baik tidak memerlukan
apapun untuk menunjukkan kebaikannya, waktu yang akan menentukannya,”
tulis Haikal Hasan, di akun Twitter pribadi miliknya, beberapa waktu lalu.
Pandangan atau pendapat ini ia utarakan sebab adanya beberapa oknum
yang nampaknya tidak menyukai GNPF-MUI bertemu Joko Widodo di istana saat Idul
Fitri lalu. “Ada lagi sebagian orang membuat tulisan di medsos dengan
kontraproduktif dan menyayangkan pertemuan itu. Ada lagi sebagian orang yang
gagal paham bahwa pertemuan itu dianggap melunak, kalah skor, masuk angina. Mau
mubahalah? Hayu!”
Menurut Haikal masih ada jalan lain, yaitu kedamaian. Jangan
pernah meras ‘paling’ apabila dalam menyelesaikan sesuatu atau sebuah masalah
yang ada.
“Sudahilah, bersatulah, tabayunlah, duduklah bersama,
candalah bersama, itu sejuk dan nikmat. Kecuali malu dan bersalah, akan
menjauh. Merasa lebih baik, lebih tegas, lebih benar, lebih taat, lebih hebat,
lebih berani, lebih taat akan membuat kerdil dan mengecil.”
Dikutip
dari voa-islam.com
0 Response to "Jangan Musuhi Presiden, dan Jangan pula Kembali Memilihnya"
Post a Comment