Jokowi Kena Tipu? RRC Ternyata Belum Kucurkan Dana Proyek Kereta Cepat.
Proyek ini dibelit problem krusial
antara lain pembebasan lahan dan proses pencairan pembiayaan. Untuk yang
terakhir, pendaaan akan mengandalkan pinjaman dari pihak luar terutama dari
Bank Pembangunan China.
Pekan lalu, Presiden Jokowi meminta
proyek kereta cepat dievaluasi kembali untuk merombak porsi saham konsorsium
Indonesia yang diwakili empat BUMN agar tak menjadi pengendali di PT Kereta
Cepat Indonesia China (KCIC) selaku pengembang proyek ini.
Kemampuan para BUMN yang
megap-megap menyediakan dana megaproyek ini menjadi taruhan bagi pemerintah.
Persoalan ini kembali jadi target kritikan tajam buat pemerintah. Meski pada
dasarnya proyek ini business to business, tapi dengan melibatkan BUMN dan
dukungan regulasi, pemerintah tentu tak bisa lepas tangan bila proyek sampai
mangkrak.
Toh, kesepakatan sudah diteken.
Tampaknya Jokowi akan tetap ngotot proyek kereta cepat Jakarta-Bandung jalan
terus. Bagaimana peluang proyek kereta cepat yang ambisius ini?
Berikut wawancara Reja Hidayat dari
Tirto dengan Djoko Setijowarno, akademisi teknik sipil dari Unika
Soegijapranata, yang pernah menjadi pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia,
Jumat pekan lalu.
Presiden Jokowi menginstruksikan Menteri Luhut Panjaitan dan Menteri
Rini Soemarno untuk mengkaji ulang porsi pendanaan proyek kereta cepat jadi 10
persen untuk Indonesia, dan 90 persen Cina. Anda melihat ada problem apa?
Sebenarnya masalah kereta cepat
sudah saya beri masukan sejak awal. Kalau saya ulangi, saya mengungkit masa
lalu. Intinya, sekarang ini menjadi pembelajaran sajalah, tidak semudah yang
kita pikirkan. Apalagi dengan negara asing. Harusnya kita siap dulu.
Jadi jangan membikin groundbreaking
dahulu sementara tidak jelas perjanjiannya. Akhirnya, kan, seperti ini. Kita
sudah mengingatkan dari awal. Memang saya tidak pada aspek ekonomi tapi pada
aspek teknisnya.
Setidaknya, perjanjian seperti ini menjadi pembelajaran bagi
bangsa Indonesia. Kalau buat perjanjian, belum jelas, jangan melangkah dahulu.
Ini melangkah dahulu tapi perjanjian belum jelas. Sudah salah langkah, mau
gimana lagi?
Kalau salah langkah, yang rugi kita
sendiri seperti sekarang ini. Dari 60 persen menjadi 10 persen. Daripada nanti
mangkrak, kan, ya sudah menanglah pihak sana. Kalau belum cermat, jangan
dikerjakan dahulu. Harus matang. Kalau sudah begitu, kita salah langkah. Yang
malu, kan, bangsa sendiri bila proyek ini tidak diteruskan.
Telanjur percaya. Kita sudah
keluarkan duit sementara yang janji (perusahaan Cina dan Bank Pembangunan China),
satu Yuan pun belum keluar.
Iya, pintar dia, bodoh kita. Begitu
percaya dengan orang dekat yang memberi masukan. Yang tanggungjawab itu orang
dekat karena memberikan masukan.
Siapa yang memberikan masukan
kepada presiden tidak benar itu? Memberikan masukan itu harusnya mereka
tanggung jawab!
Presiden Jokowi mengambil langkah terlalu cepat tanpa pertimbangan
matang?
Iya, terlalu tergesa-gesa. Ini
menjadi polemik lagi. Artinya kita harus berhati-hati. Ini menjadi pembelajaran
berharga bagi bangsa ini. Sudah jadi bola politik juga, kan.
Apa perubahan skema pendanaan
menjadi salah satu cara menyelamatkan proyek?
Iya, daripada mangkrak.
Memang bagaimana kondisi BUMN kita saat ini?
BUMN seperti PT KAI itu kasihan,
kan. Para BUMN ini tidak bisa menolak.
Secara finansial, apakah BUMN kita mampu melanjutkan proyek
ambisius ini?
Enggak tahu keuangan BUMN kita,
karena beda-beda.
Menurut Anda apa persoalan mendasar dari kasus proyek kereta cepat
ini?
Ini ketidakhati-hatian kita saja.
Kita terlalu menggebu-gebu. Karakter cepat Cina itu seperti apa. Mungkin semua
orang tahu.
Bagaimana kalau konsorsium gagal mendapatkan skema pembiayaan
proyek ini?
Gagal atau tidak itu relatif juga.
Kalau cermat, ya tidak gagal.
Persoalan pelik proyek kereta cepat sudah terjadi, memang idealnya
seperti apa seharusnya?
Sama seperti proyek lain, ya.
Artinya, harus ada studi kelayakan terlebih dahulu. Harus ada juga analisis
dampak lingkungan. Sama seperti proyek lain, disiapkan terlebih dahulu. Saya
kira sudah ada.
Namun yang jadi pertanyaan:
membuatnya bagaimana? Mau membuat satu hari? Satu malam? Saya tidak tahu. Kalau
ditanya ada studinya? Ya, ada. Masalahnya: Bagaimana prosesnya? Pihak sana yang
tahu. Saya tidak ikut-ikutan.
Artinya kajian lingkungan dan studi kelayakan proyek kereta cepat
tak masuk akal selesai dalam waktu tiga bulan?
Buat AMDAL sendiri itu setahun,
AMDAL itu ada setelah ada feasibility study juga setahun. Jadi minimal dua
tahun. Setelah itu baru groundbreaking. Itu paling cepat. Seharusnya seperti
itu. Saya tidak tahu tiba-tiba langsung groundbreaking.
Kenapa Januari 2016 itu langsung peletakan batu pertama proyek?
Tidak tahu. Itu ditanya ke
orang-orang dekatnya. Pak Jokowi pusing. Kasihan, kan.
Skenario terburuk BUMN tidak mampu membiayai proyek ini. Bagaimana
skenario menyelamatkannya?
Ini risiko negara. Skema saja yang
diubah, mungkin keputusan terakhir skemanya 10 persen (Indonesia) dan 90 (Cina)
itu karena dianggap tidak mampu. Negara punya keputusan itu.
Apakah ada kemungkinan proyek ini ditanggung oleh negara lewat
APBN?
Berat. APBN kita tidak sanggup dan
pasti DPR tidak setuju. Masak Pulau Jawa terus yang dibangun? Bukan hanya
kereta cepat, perjanjian dengan luar negeri itu harus berhati-hati. Apalagi
dengan negara yang jarang bekerja sama. Jadi jangan muluk-muluk di awal,
masalahnya di ujung. Senang di awal, masalah di ujung.
Mendengar masukan boleh. Tapi lihat
kebiasaan dan kejadian yang bisa membuat citra kita lebih buruk. Sebenarnya
lebih baik, lihat saja di Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional.
Di situ ada daftar kereta cepat tidak? Itu saja dilaksanakan. Aman.
Dalam RPJM Nasional itu banyak
program transportasi yang belum berjalan. Banyak. Ngeri. Kementerian
Perhubungan lihat tidak itu? Setiap kementerian ada rencana strategis
(renstra), sejauh ini berapa persen renstra itu berjalan? Kalau tidak, maka
jadi bahan evaluasi.
Bisa beri contoh?
Public transport. Itu rencananya 34
kota tapi satu kota pun belum ada. Yang berbasis renstra. Ngeri, lho. Saya
tidak yakin di sisa akhir jabatan Presiden Jokowi (bisa selesai). Satu kota
selesai sudah bagus itu. Satu kota saja belum, bagaimana 34 kota? Ini
ngeri-ngeri sedap. Pembantunya di mana ini? RPJM Nasional tidak ada kereta
cepat satu kalimat pun. Yang ada industri (ekonomi) kreatif.
Apakah pembangunan kereta cepat ini ada kaitan dengan dorongan
para pengembang, terutama di wilayah trase?
Bukan. Karena terpesona saja dengan
kereta cepat Cina. Yang namanya orang ditawari ya senang, kan. Wah, keretanya
cepat, tapi karakternya beda. Memang enak keretanya, tapi karakter kita, kan,
berbeda.
Cina main iya-iya saja. Cina sudah
senang karena sudah ada tanah dari Indonesia, lalu uang satu Yuan pun belum
keluar. Masih ada waktu dua tahun untuk kembali mengacu pada RPJMN.
dikutip dari eramuslim.com
0 Response to "Jokowi Kena Tipu? RRC Ternyata Belum Kucurkan Dana Proyek Kereta Cepat."
Post a Comment